Wisata alam pastinya akan sangat menyenangkan, selain kita dapat melihat keindahan flora dan fauna kita juga bisa menghirup udara segar hasil dari fotosintesis tumbuhan yang belum tercemar. Namun lain halnya jika anda berwisata alam kesebuah desa di pinggiran kota, tepatnya di jalan pinggiran irigasi yang menuju ke bendungan Leuwueng Seurueh. Udara tidak sedap dengan cepat akan menusuk kedua rongga hidung kita, jika kebetulan kita melintasi jalan tersebut. Hal ini dikarenakan sepanjang kurang lebih 30 meter terdapat tumpukan sampah dari hasil kegiatan masyarakat sekitar. Entah apa yang menjadi landasan pemikiran warga sekitar tentang membuang sampah di pinggiran sungai. padahal jika semakin lama sampah tersebut menumpuk bukan lagi masalah volume sampah yang ada, akan tetapi bisa saja sampah-sampah tersebut masuk kedalam aliran sungai dan mengotori air sungai yang kemudian meyebabkan pencemaran air sungai. Dampak lain yang bisa diakibatkan adalah terjadinya penyumbatan di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai), sehingga bisa memicu meluapnya air sungai atau banjir.
Kemungkinan yang lebih buruk adalah bisa menimbulkan berbagai macam penyakit di sekitar pemukiman hilir sungai, pasalnya terusan irigasi tersebut ada yang terbagi ke arah daerah Johar. Dimana ada segelintir penduduk yang masih menggunakan air sungai, untuk mencuci pakaian. Walaupun saat ini sampah-sampah yang tertumpuk belum terlalu luas, namun jika dibiarkan tidak tertutup kemungkinan volume sampah bisa mencapai ratusan kubik jumlahnya.
Kiranya sudah waktunya aparat pemerintahan desa setempat, segera menindak warga yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan mencarikan solusi untuk penanganan sampah tersebut. Alam yang bersih adalah alam yang sehat.